Ads

Minggu, 03 Maret 2019

Bagaimana Nasib Kehidupan Buruh Di Era Digital


Di kehidupan sehari-hari uang merupakan sebagai sumber penunjang dalam setiap langkah. Bahkan bisa jadi penentu laju jalannya suatu rencana. Tidak jarang orang yang gagal untuk mencapai cita-cita gara-gara seretnya keuangan. Sudah banyak contoh-contoh kegagalan yang sebagian besar di akibatkan oleh minimnya dana. Jadi dapat di simpulkan bahwa dana merupakan faktor penentu di berbagai aspek kehidupan.

Lemahnya ekonomi seseorang memang rentan menuju ke arah kegagalan, baik dalam segi pendidikan, mental, moral, bahkan sampai pada kejiwaan.

Tingginya tingkat pencurian, penipuan, pertengkaran dalam rumah tangga yang berujung perceraian, semua itu bisa terjadi akibat himpitan ekonomi yang makin hari makin tidak menentu dan tidak seimbang lagi antara pemasukan dengan pengeluaran. Orang sampai nekat berbuat di luar batas kewajaran, itu bisa terjadi karena adanya tekanan ekonomi.

Apalagi di jaman sekarang ini yang orang menyebutnya era digital, yang banyak sekali perubahan dalam aspek kehidupan. Seperti yang telah mulai berlaku saat ini, apa saja serba mesin. Ini ternyata mampu menggeser posisi tenaga manusia. Akibatnya banyak dari para buruh tenaga manual harus rela kehilangan pekerjaannya.

Hal seperti ini kalau berlarut-larut tanpa ada solusi, terus bagaimana nasib kehidupan buruh di era digital ini.

Karena realita yang ada di masyarakat saat ini, banyak buruh yang keuangannya kembang kempis, terutama buruh harian yang gajinya tidak menentu dan tidak mengikuti standart UMR. Seperti buruh tani, buruh bangunan, para pengrajin perhiasan yang kerjanya di rumah, pengrajin batik. Para buruh seperti ini gajinya sangat tergantung pada orang yang memberi pekerjaan. Dan itulah fakta yang di alami buruh kalangan bawah.

BACA JUGA : Demi Masa Depan Bumi Budayakan Hidup Alami

Di saat sang penulis meluangkan waktu untuk menulis artikel ini, punya harapan besar untuk mendapatkan solusi terbaik demi meningkatnya perekonomian. Jujur saja sang penulis sendiri adalah salah satu bagian dari para buruh ini. Jadi apa yang ada dalam artikel ini merupakan kisah nyata sang penulis.

Lika liku kehidupan manusia memang beragam. Ada kaya ada miskin, ada bos ada buruh. Tapi di jaman serba digital ini, adakah miliyader yang rela mengangkat derajat masyarakat yang notabene ekonominya rendah atau mines. Semoga saja masih banyak di temukan orang-orang yang punya jiwa sosial. Sehingga bisa mengurangi jumlah pengangguran dan masyarakat miskin.

Semua yang di rasakan sang penulis tambah tahun kian bertambah beban pengeluaran. Biaya pendidikan yang tinggi, tiap semester harus ganti buku, sementara buku yang telah di beli tahun ini tidak berlaku untuk tahun berikutnya.

Biaya kebutuhan sehari-hari, pengeluaran bulanan, di tambah lagi pengeluaran tak terduga seperti hajatan, semua itu benar-benar jadi beban berat bagi kaum buruh terutama buruh harian yang penghasilannya tidak tetap. Haruskah selalu gali lobang tutup lobang ?.....sungguh memprihatinkan nasib buruh harian yang seperti ini.

Melalui artikel ini mudah-mudahan segala uneg-uneg sang penulis dan semua buruh mampu menginspirasi para miliyader, pemerhati sosial dan semua orang demi terwujudnya harapan dalam pencapaian target perekonomian yang lebih mapan.

Berikut suara keluhan dari 2 jenis buruh harian :

    1- Petani ( buruh tani ) :

    Akhir-akhir ini para petani kecil di resahkan oleh tingginya biaya tanam.

    Sebelum menanam saja tanahnya harus di beri obat hama untuk tanah, baru bisa di tanami. Begitu tumbuh harus di pupuk. Proses pemupukan ini bisa 2 kali sampai 3 kali. Selanjutnya penyemprotan daun agar tidak di serang hama daun.

    Proses menjelang tanam sampai berbuah sudah teratasi. Muncul hama baru yaitu tikus. Hingga akhirnya petanipun gagal panen. Tanpa di serang hama tikus saja kadang mengalami kerugian. Padahal biaya oprasionalnya sangat tinggi. Kalau sudah seperti itu, bagaimana bisa maju.


    newkidnet-padi

    2- Pengrajin perhiasan ( manual )

    Dengan munculnya perhiasan dari pabrik, para buruh perhiasan ( pengrajin perhiasan manual ) yang tergeser. Sehingga banyak dari para buruh ini yang alih profesi. Ada yang jadi kuli bangunan, ada yang nelayan, dengan hasil harian yang tidak tetap. Sungguh memilukan nasib para buruh ini. Lalu sampai kapan semua ini akan berjalan tanpa ada perubahan.

Itulah dua contoh nyata dari para buruh harian. Moga saja akhirnya ada jalan menuju kesejahteraan

Hanya sampai di sini artikel ini, moga saja segera ada solusi untuk kesejahteraan nasib kehidupan buruh di era digital ini.